Sabtu, 04 September 2010

Cinta beda agama

Sekarang ini, banyak sekali fenomena jatuh cinta kepada seseorang yang beda agama alias beda keyakinan. kenapa gue bilang fenomena? soalnya, skg ini banyak sekali kalangan selebritis yang memang menikah dgn orang yang beda keyakinan dengan dirinya. Nah, karena para seleb itu public figur maka pernikahan beda agama ini dianggap sesuatu yang wajar di masyarakat kita yang memang beragam ini. Lantas bagaimana dengan pemerintah? Gue rasa pemerintah belum merasa seperti itu. Buktinya, pernikahan beda agama tidak bisa dicatatkan di catatan sipil. Artinya, orang yang beda agama tidak boleh terikat di sebuah lembaga pernikahan.

Kalo gue sih ga masalah sama orang2 yang pacaran or menikah dengan orang yang beda keyakinan. Itu pilihan, dan sudah masuk ke private issue (tidak boleh dicampuri). Tapi, yg jadi masalah adalah kalo orang yang jatuh cintanya itu ragu2. Mereka sebetulnya tidak mau memiliki pasangan yang beda keyakinan, tapi mereka jatuh cinta sama orang yang beda keyakinan. Jadi, mo putus tapi dah terlanjur sayang. Kalo ga putus, gimana dooonggggg. Fuihhhh... bingung deeehhhh.

"Tapi, gue sayang banget. Gue kangen banget, gue butuh dia, gue harus denger suara dia"
"lu mau nikah ama dia? Lu mau pernikahan lu dilandasi oleh dua keyakinan?"
"Engga"
"Lantas, lu mau pindah agama?"
"Engga"
"So, mau lu apaaaaaaaa....."
"Ga tau....."

Menurut gw kalo dah terlanjur cinta sama sso yang beda agama, kita harus bisa mengambil keputusan dan berkomitmen dengan keputusan itu. Muara sebuah hubungan itu pernikahan. Jadi, putuskan kita mau menikah dengan dia atau tidak (untuk yg sudah berusia pantas menikah). Kalau kira-kira hub itu tidak bisa ke mana-mana karena tidak bisa hidup dengan suami/istri yang beda agama, ya putuskan saja biarpun sayang banget. Percuma dan buang2 waktu kalau diteruskan. Stick with it, jangan ditengah jalan karena rasa kangen yang membludak lantas ketemuan or telp2an lagi. Memang sulit melupakan sso yang kita cintai. Memang sakit rasanya. Tapi, itulah risiko dari keputusan kita. Nikmatin aja rasa sakitnya dan berkomitmen pada keputusan.

Tapi, kalo kita memang dah ngerasa ga bisa idup tanpa orang itu. Dan, kita yakin bahwa cinta yang dimiliki mampu melwan batasan yang ada. Ya sudah, pilihlah dia dengan segala risiko dan konsekuensinya. Risiko yang bisa timbul seperti peperangan dengan keluarga (biasanya ortu ga setuju), kita harus memiliki rasa pengertian dan toleransi yang berlebih, kita harus mau melaksanakan ibadah sendiri tanpa didampingi orang tercinta, pikirkan juga ( kalau sampai ke jenjang pernikahan) cara mendidik anak-anak, dll.

Jangan, berdiri di posisi abu-abu. Putus ga bisa, ga putus j